Second Sister

 Second Sister (Putri Kedua)



Judul       : Second Sister 
Penulis    : Chan Ho-Kei
Penerbit  : Gramedia Pustaka Utama, 2021

Second Sister adalah buku pertama Chan Ho-Kei yang saya baca. Buku ini sukses memberikan deskripsi kehidupan di Hongkong yang keras dan tanpa ampun. Tokoh dalam cerita ini menurut saya adalah Nga-Yee dan N. Setelah petaka Siu-Man bunuh diri dari jendela lantai dua puluh, Chan Ho-Kei dengan sabar merajut cerita ke masa lampau, sehingga pembaca dapat lebih jauh mengenal keluarga Siu-Man dan Nga-Yee. Mereka adalah dua gadis dari keluarga Au. Ayah dan ibu Au Fai (ayah Nga-Yee) adalah pengungsi asal Guangzhou yang melarikan diri ke koloni Inggris tahun 1964. Kebakaran yang terjadi tahun 1976 menewaskan kedua orang tua Au Fai. Sejak itu ia dipungut oleh seorang tetangga yang juga kehilangan istrinya dalam peristiwa kebakaran. Tetangga ini memiliki anak perempuan bernama Chau Yee-Chin, yang kelak menjadi ibu dari Nga-Yee. 

Awal kisah Second Sister menceritakan kehidupan keluarga Au Fai dan Chau Yee-Chin serta bagaimana mereka membesarkan anak-anak mereka. Jalan takdir tampaknya hanya sedikit memberikan kemudahan bagi keluarga Au Fai. Hingga kedua orang tua Nga-Yee dan Siu-Man tiada, tanpa berhasil menaikkan taraf hidup mereka ke level yang lebih baik. Kini tinggal Nga-Yee yang bekerja seorang diri untuk menghidupi dirinya dan adiknya. Sampai di suatu sore sekitar pukul 6 Nga-Yee yang sedang berjalan pulang selepas bekerja dan sedang memikirkan hidangan makan malam, diusik lamunannya oleh suara sirine yang meraung-raung dari arah apartemen ia tinggal. 

Setelah semakin dekat dengan lokasi aparatemennya, kenyataan pahit kembali menghantam kehidupan Nga-Yee tanpa ampun. Siu-Man adik satu-satunya dikatakan polisi bunuh diri. Cukup lama Nga-Yee memproses dan menerima informasi ini. Hingga akhirnya dengan mengumpulkan semua uang yang tersisa, ia memberanikan diri mendatangi N. 

Nga-Yee mendatangi N setelah mendapat referensi dari detektif konvensional yang tidak mampu memecahkan kasus Siu-Man. N adalah tokoh eksentrik, dengan kehidupan tertutup dan kerap makan bakmi di toko langganannya. Belakangan Siu-Man baru mengetahui bahwa N tidak seperti kelihatannya. Keahliannya dalam meretas dan melakukan penyelidikan dengan cara-cara progresif, membuat N menjadi tokoh berbahaya yang ditakuti gangster, sekaligus dicari oleh mereka yang mengharapkan adanya keadilan. Salah satu orang dalam antrean klien N adalah Nga-Yee. 

Chan Ho-Kei adalah seorang jenius yang mampu membangun dunia khayalan nyaris sempurna dengan keterkaitan antar tokoh yang tidak biasa. Penyebab Siu-Man bunuh diri pun memang tidak sesederhana yang dibayangkan. Karakter tokoh N yang sangat unik juga menjadi daya tarik sendiri bagi cerita ini. 

Buku dengan 10 bab dan 632 halaman ini layak untuk dibaca ulang dan tampaknya tidak akan membosankan. Siapakah pelaku pelecehan seksual sebenarnya? Bagaimana N dapat menyelesaikan beberapa masalah sekaligus? Apakah Nga-Yee berhasil memenuhi janjinya pada Siu-Man? Merupakan pertanyaan-pertanyaan yang akan dijawab dalam bab demi bab yang disusun Chan Ho-Kei. 

Pesan yang dapat diambil dari buku ini menurut saya adalah jangan pernah menyepelekan perundungan. Selain itu, perundungan tidak melulu dilakukan secara langsung atau melibatkan kekerasan fisik. Kekerasan verbal melalui media sosial adalah juga bentuk perundungan. Remaja menjadi lebih berisiko, karena keraguannya bercerita atau keinginan memecahkan masalah sendiri tanpa bantuan orang lain. Saat tekanan sudah dirasa demikian besar dan tak ada jalan keluar, pilihan fatal akhirnya diambil. Demikianlah yang terjadi pada Siu-Man. Apalagi pelecehan seksual bukan hal yang nyaman untuk dibicarakan secara terbuka. Kompleksitas perasaan yang dialami korban dan ketakutan tidak dipercaya atau bahkan diolok-olok sebagai pemicu terjadinya pelecehan itu sendiri adalah penderitaan yang nyaris tak tertahankan.   

Second Sister mungkin bukan bacaan yang ramah bagi semua orang. Perlu ada trigger warning, terutama bagi penyintas perundungan, pelecehan seksual dan bunuh diri. Chan Ho-Kei sukses membangun dunia nan gelap dan suram, yang mungkin tidak cocok untuk dimasuki semua orang. Gambaran dunia yang sempurna saat kita kehilangan satu-satunya keluarga yang tersisa, serta bagaimana kita berupaya mencari jawaban atas kematian orang yang kita cintai. 





No comments:

Post a Comment

What I Talk About When I Talk About Running

Belum banyak buku Haruki Murakami yang saya baca. Setelah membaca beberapa buku, saya juga belum memutuskan apakah Haruki Murakami adalah pe...