Laut Bercerita


Judul             : Laut Bercerita
Penulis          : Leila S. Chudori
Terbit            : Oktober, 2017
In my hand   : Cetakan ke-41, Juni 2022
Penerbit        : KPG (Kepustakaan Populer Gramedia
Genre            : Historical Fiction

Sudah sering kali saya melihat buku ini tersusun di rak toko buku. Namun, tahun-tahun sebelumnya Saya belum tergerak untuk mengenal tulisan Mbak Leila lebih jauh. Laut Bercerita menjadi buku pertama Mbak Leila yang saya cicipi. Sesuai ekspektasi saya, buku ini tidak bisa dikatakan ringan. Namun, bahasan tentang sejarah selalu menarik, meskipun dicampurkan dengan cerita fiksi. Dua tahun penting dalam linimasa Indonesia Merdeka yang sekarang banyak diceritakan kembali dalam buku-buku fiksi, 1965 dan 1998. Dalam kurun waktu yang berdekatan saya membaca Rencana Besar untuk Mati dengan Tenang, Kereta Semar Lembu, Gadis Kretek, dan Laut Bercerita. Setidaknya empat buku ini sedikit membahas tragedi 1965, yang pada rezim sebelumnya rakyat hanya dicekoki satu versi. Hitam dan Putih. Dampaknya sangat memilukan, seperti pembenaran untuk "menghilangkan" mereka yang dianggap berbeda. Semua yang berbeda harus ditumpas. Maka, terjadilah pembantaian dimana-mana. 

Dalam "Laut Bercerita" saya yang pada saat 1998 masih menggunakan seragam putih biru, tentu belum memahami apa yang sebenarnya terjadi, dan berapa lama "persiapan" menuju 1998. Apa yang terjadi di Jakarta hanya bisa dipantau di televisi, kerusuhan, pembakaran, penembakan, pendudukan gedung DPR/MPR, dan mundurnya "Bapak Pembangunan" yang berkuasa 32 tahun lamanya. Belakangan di televisi ramai diberitakan soal "orang hilang". Selain mahasiswa korban penembakan oknum bersenjata yang meninggal dunia, ternyata banyak aktivis yang tidak pernah pulang. Hingga kini keberadaan mereka masih menjadi tanda tanya. Mungkin para keluarga korban sudah tidak berharap mereka kembali, tetapi untuk mengetahui di mana letak terakhir jasad para korban pun, tak pernah ada jawaban. 

Bertahun-tahun penjelasan tentang tragedi 1965 yang dipublikasikan secara resmi adalah versi penguasa. Belakangan saya menemukan buku tak bersampul yang nyaris tak berjudul dan menceritakan "kisah lain" di balik 1965. Meskipun hingga saat ini apa yang sebenarnya terjadi juga tak kunjung memiliki jawaban pasti. Setidaknya hipotesis dan pembahasan dalam buku-buku dalam versi bebas, bergantung sudut pandang penulis bukan menjadi hal yang diharamkan lagi. Tidak pernah ada satu versi. 

Laut Bercerita adalah kisah hidup Biru Laut, seorang mahasiswa, seorang aktivis, seorang anak, seorang kakak, seorang kekasih, seorang teman dan sahabat bagi yang mengenalnya. Di sisi lain Ia adalah tokoh berbahaya, oposisi pemerintah, target operasi. Seseorang yang dirindukan pulang ke rumah. Seseorang yang sebaiknya dibungkam dan "dihilangkan" dari catatan manapun. 

Hal yang saya suka dari karya Leila S. Chudori adalah ilustrasi, seni yang membantu pembaca lebih menghayati tokoh atau menguatkan kisah yang ditulis Mba Leila. Kisah Biru Laut dimulai tahun 1991 dengan latar kehidupan mahasiswa di Yogyakarta. Bagaimana aktivitas mereka di kampus, hingga akhirnya harus beraktivitas dan memiliki basecamp di luar kampus agar cita-cita perjuangan dan pergerakan nyata mereka tetap berada di luar radar rezim, yang mampu bertindak represif dengan alasan "pertahanan dan keamanan negara". Subersif adalah kata yang lazim disematkan pada mereka yang tindakannya dianggap membahayakan. 

Kisah laut bergerak ke tahun 1993, dari satu gerakan ke gerakan lain. Hingga tahun 1996 perjuangan akhirnya harus dilanjutkan di Jakarta dengan risiko DO dari bangku kuliah sebagai risikonya. Namun, pindah ke Jakarta juga berarti menyatukan kekuatan untuk mencapai tujuan perjuangan. Setidaknya pertama-tama menumbangkan rezim yang saat itu sedang berkuasa. Tahun 1998 bisa dikatakan menjadi titik didih. Rezim yang semakin terancam bertindak semakin represif. Layaknya setiap kisah perjuangan, tentu ada pengkhianatan. Hal ini pun tak luput dari rajutan cerita Mba Leila. 

Secara umum Laut Bercerita terdiri dari dua bagian. Biru Laut yaitu bagian yang menceritakan sudut pandang Laut. Bagian II Asmara Jati, yang banyak menceritakan tentang kehilangan dari sudut pandang adik Laut, Mara dan kedua orang tua Laut. Mereka yang paling gigih memperjuangkan perubahan, justru adalah mereka yang menghembuskan nafas terakhir, bahkan sebelum reformasi dikumandangkan. Mereka yang hidup dengan idealisme, disiksa karena idealisme, dan mati membawa idealisme. Sementara yang tersisa adalah tanda tanya. Pengkritik penguasa kini sudah menjadi penguasa. 

Keberanian dan kegigihan Laut mungkin mengobarkan kembali idealisme, cita-cita dan semangat. Namun di sisi lain juga menciutkan nyali. Akankah ada yang sekuat Laut? Sanggupkah ada keluarga lain yang menanggung kehilangan sebegitu rupa. Masih tanpa kepastian. Masih penuh tanda tanya. Mungkin pertanyaan itu pun akan dibawa hingga ke dimensi yang berbeda. 

Matilah engkau mati
Kau akan lahir bekali-kali...

Kalau umur kalian sudah 18 tahun, Laut Bercerita adalah salah satu karya sastra yang perlu kalian baca. Tidak ringan, tapi dari buku ini kita akan menikmati kisah yang "berisi". Membaca kisah perjuangan dari sisi yang lain. Bahwa yang berjuang belum tentu dinamai pahlawan, dan bahwa pahlawan mungkin saja bukan orang yang senyatanya berjuang. Sejarah adalah masalah sudut pandang. Tidak ada ruginya menggunakan "kaca mata" lain atau melihat dari sudut pandang yang lain. 


2 comments:

  1. Baca buku ini tu memaksaku meretrive memori yg terjadi di taun 98, beserta kondisi PTSD yg dialami para korbannya, Teh🥺🥺

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya Len.. Korbannya termasuk mereka yang kehilangan, dan itu rasanya can not describe by words..

      Delete

What I Talk About When I Talk About Running

Belum banyak buku Haruki Murakami yang saya baca. Setelah membaca beberapa buku, saya juga belum memutuskan apakah Haruki Murakami adalah pe...