What I Talk About When I Talk About Running



Belum banyak buku Haruki Murakami yang saya baca. Setelah membaca beberapa buku, saya juga belum memutuskan apakah Haruki Murakami adalah penulis favorit saya. Hal yang saya rasakan setelah membaca Norwegian Wood dan 1Q84 adalah sepertinya saya perlu membaca karya-karya lainnya. Saat membaca karya fiksi Murakami yang lain belum terwujud. Saya malah membaca buku yang sudah cukup lama terpajang di rak, "What I Talk About When I Talk About Running." Buku yang pada kesempatan pertama justru tidak saya tamatkan. 

Namun, di kesempatan kedua yang saya miliki (meskipun saya membacanya dari awal lagi), buku ini membawa pengaruh yang cukup baik. Untuk beberapa waktu saya bertahan rutin mengambil waktu untuk jogging, dan hal ini secara nyata berpengaruh pada kewarasan dan keseimbangan hidup saya. Kemarin, saat mengambil kesempatan untuk 5 K pertama saya dan berhasil finish, kata-kata Murakami yang memotivasi saya, meskipun kaki kiri saya terasa sudah hampir kram. Saya hanya memerintahkan otot-otot saya untuk tunduk, untuk patuh. Berlari lebih pelan, tetapi tidak berhenti, serta mengayunkan lengan saya lebih kuat lagi, sehingga memaksa tubuh saya untuk terus bergerak. Sepertinya saya mendapatkan efek "runner's high", dan membuat saya berpikir untuk mengulangi lagi kegilaan ini di lain waktu, dengan persiapan dan pemanasan yang lebih baik tentu saja. Bukan hanya aksi gila-gilaan seperti hari kemarin. Tidak lupa diiringi harmonisasi Foo Fighters di telinga saya. "Wake up... Run for your life with me.." Indahnya langit, jajaran pegunungan dan udara dingin yang menusuk hidung. Saya hanya harus terus berlari. 

Dari buku ini saya juga mendapatkan pelajaran tentang pola bekerja yang baik. Bakat adalah keberuntungan yang kita miliki, tetapi kita tidak akan bertahan dalam satu profesi, hanya karena kita berbakat. Bakat bukanlah bahan bakar yang akan membawa kita sampai ke garis finish, atau ke satu tujuan tertentu yang kita inginkan. Bakat hanyalah privilege, yang memungkinkan kita menciptakan sesuatu atau menjadi ahli. Tanpa konsistensi dan displin, yang mungkin bisa disebut sebagai kerja keras, semua hanya omong kosong. 

Kenapa berlari? Untuk orang-orang dengan pikiran yang "sibuk" berlari seperti memasuki ruang kosong. Mengutip kata-kata Pak Murakami, "Saat aku berlari, aku mengatakan kepada diriku untuk berpikir tentang sungai. Tentang awan. Namun, pada dasarnya aku tidak memikirkan esensi dari keduanya. Aku hanya terus berlari dalam ruang hampaku yang nyaman, dalam kesunyanku yang nostalgik. Bagiku, hal itu sudah cukup menakjubkan. Tak peduli apa pun kata orang." (hal. 29)

Untukku, mungkin aku butuh beberapa variasi olah raga untuk mengatasi rasa "penuh" yang berasal dari emosi atau energi orang lain. Hal-hal yang tidak terungkap dalam percakapan, tetapi tertangkap "radar" dan menginfeksi diri, saat terlambat mempersiapkan gelembung pertahanan. Bisa jadi energi tersebut sebegitu kuat, hingga terus menekan "gelembung" yang sudah kusiapkan. Pada saat itulah aku butuh kesendiran dan berada di "ruang hampa", sembari memaksa tubuhku untuk bergerak, sehinga ada sedikit penderitaan atau rasa sakit yang memanifestasikan dirinya. 

Memang buku ini tentang Pak Murakami, tetapi aku juga menemukan diriku dalam tulisannya. Ada orang-orang yang tidak kesepian dalam kesendiriannya. Mereka memang butuh kesendirian untuk diri sendiri. Melakukan sesuatu untuk menolong dirinya sendiri. Bukan menolong orang lain. Mereka tidak menjalani hidup dalam persaingan dengan orang lain. Dalam kesunyiannya, mereka bersaing dengan dirinya sendiri. Mencari caranya sendiri. "Aku akhirnya mengerti, jika melakuan sesuatu sesuai minat, kecepatan dan caraku sendiri, aku dapat mempelajari pengetahuan dan keterampilan dengan cukup efisien," demikian ujar Murakami (hal.43).

Kadang aku berpikir, apakah aku perlu melakukan lebih banyak? Apakah aku perlu melakukan yang orang-orang lakukan? Untuk masuk dalam kategori atau standar keberhasilan bagi banyak orang. Namun, aku punya standar keberhasilanku sendiri, dan terkadang aku juga tidak tertarik untuk melakukan apa yang orang lain lakukan. Seperti Pak Murakami, aku ingin menemukan caraku sendiri, dan "berlari" dalam standar kecepatanku sendiri. 

Terakhir, tentang kesia-siaan atau kegilaan. Seperti halnya Pak Murakami dan obsesinya pada berlari, marathon, triathlon dan ultra marathon. Masing-masing diri kita mungkin memiliki obsesi dan kegilaannya sendiri. Pada akhirnya, yang penting adalah apa yang dirasakan dalam hati. Kita mungkin perlu beberapa obsesi lain dalam hidup kita, bukan melulu soal pekerjaan. Untuk apa? Mungkin pada akhirnya mereka menjadi sumber energi dan inspirasi untuk kita melakukan hal-hal yang menjadi penopang utama kehidupan kita. 

Terima kasih Pak Murakami!

Ulasan buku ini tersedia juga di instagram @dailyteracy dan goodreads. 

Judul: What I Talk About When I Talk About Running
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah: Ellnovianty Nine Sjarif & A. Fitriyanti
Cetakan Pertama, April 2016
Penerbit: Bentang Pusataka

Daftar Isi: 
Prakata
Bab 1 hingga Bab 3 Tahun 2005 di Kepualaun Hawaii
Bab 4 Tahun 2005 di Tokyo
Bab 5 Tahun 2005, Cambridge, Massachusetts
Bab 6 Tahun 1996 di Danau Saroma, Hokkaido
Bab 7 kembali ke Cambridge, Massachusetts 2005
Bab 8 Perfektur Kanagawa
Bab 9 Kota Murakami, Perfektur Niigata
Penutup
Tentang Penulis

Murakami lahir tahun 1949, saat ini beliau sudah berusia 74 tahun. 

No comments:

Post a Comment

What I Talk About When I Talk About Running

Belum banyak buku Haruki Murakami yang saya baca. Setelah membaca beberapa buku, saya juga belum memutuskan apakah Haruki Murakami adalah pe...