Anne of Green Gables

 


Judul                       : Anne of Green Gables
Penulis                    : Lucy Maud Montgomery
Terbit pertama       : Canada, 1908
Penerbit Lokal       : Gramedia Pustaka Utama, 2018 (cetakan IV, Agustus 2022)

Lesson to Learn
Pelajaran dari Anne of Green Gables adalah "good things do not come so sudden". Awal-awalnya sempat kesal sama Anne, karena bawel banget dan tukang mengkhayal. Tapi kalau diresapi lagi, khayalan yang nyerempet-nyerempet harapan itu, justru yang membuat Anne bisa bertahan dalam kehidupannya, sebelum diadopsi keluarga Cuthbert. 

Bab-bab awal lebih banyak mendeskripsikan bagaimana Anne sampai di Avonlea dan Green Gables. Proses adaptasi yang dialami Marilla dan Matthew pada sosok Anne yang cerewet dan ekspresif. Padahal mereka berdua bertahun-tahun hidup dalam ketenangan dan kesunyian,. Ditambah karakter mereka yang cenderung dingin dan tidak berbunga-bunga. 

Kisah pertemanan dan permusuhan anak-anak di sekolah Avonlea juga diceritakan dengan sangat deskriptif. Mungkin bisa mengingatkan kita soal persahabatan di sekolah. Bagaimana hubungan kita dengan sahabat karib dan musuh abadi. 

Cerita mulai berbelok tajam, setelah Anne pergi melanjutkan sekolah untuk menjadi guru. Anne yang beranjak dewasa mesti membuat keputusan krusial di antara pilihan-pilihan yang berhubungan dengan masa depan. Hal ini juga terkait kelangsungan keluarga Cuthbert dan kecintaan Anne pada Green Gables.

Buku ini mengandung bawang. Jadi, meskipun ceritanya terkesan sederhana, L.M. Montgomery sukses membawa pembaca merefleksikan kembali kekhawatiran, impian, pengharapan, kesedihan, kebahagiaan, ambisi, juga kehilangan. Anne of Green Gables juga mengajarkan cara mencintai tanpa menggurui. Seperti yang dialami Marilla. Selain itu, bagaimana perasaan sayang yang tumbuh, membuat orang yang pendiam dan sangat pemalu seperti Matthew mampu menentang dominasi Marilla. Matthew mau mengorbankan kenyamanannya, agar Anne mendapatkan yang sepantasnya ia peroleh. Meskipun awalnya penuh perjuangan menyelesaikannya, Anne of Green Gables membuat saya tidak sabar melanjutkan membaca Anne of Avonlea.

***

Anne Shirley 

Gadis kurus berambut marah, yang tidak tampak menarik dengan bajunya yang kebesaran dan kusam, mengalami perubahan kehidupan, setelah keluarga Cuthbert memutuskan untuk mengadopsinya. Anne adalah anak yang periang, suka melamun dan mengkhayal, dan senang menggunakan bahasa yang berbunga-bunga. Meskipun cenderung dapat menerima apapun yang hidup tawarkan padanya, Anne juga cukup keras kepala untuk mendapatkan apa yang ia inginkan. Gadis kecil ini memiliki banyak ide untuk menyenangkan dirinya sendiri dengan hal-hal sederhana atau hal positif yang Ia nikmati dari alam. 

Anne yang cenderung spontan dan apa adanya tentu kehidupannya tidak lurus-lurus saja. Hidup di kalangan kaum terpelajar, dengan segala tata krama dan standar kepantasan, membuat Anne cukup sering mendapat celaan atau dianggap membawa pengaruh buruk bagi anak-anak lainnya. Sifat suka melamun dan mengkhayal membuat Anne terkadang lupa mengerjakan perintah-perintah Marilla. Ia juga kerap tidak fokus dalam mengerjakan pekerjaan rumah atau hal-hal membosankan yang menurut Anne tidak memiliki ruang untuk berimajinasi. 

Konflik yang cukup sering terjadi antara Anne dan Marilla Cuthbert, serta didikan Marilla yang cukup keras, sedikit demi sedikit dapat mengurangi kecerobohan Anne. Cap buruk Anne sebagai anak nakal atau anak yang berkelakuan liar juga secara berangsur-angsur hilang, setelah Anne dengan berani menghadapi segala persoalan yang secara tidak langsung ditimbulkannya. Anne juga mendapatkan dukungan penuh dari Marilla, selama apa yang ia lakukan memang benar adanya. 

Keluarga Cuthbert

Matthew dan Marilla adalah kakak beradik keluarga Cuthbert yang sudah cukup lama bermukim di Avonlea. Keduanya berkarakter tenang, tidak banyak bicara dan cenderung dingin. Hingga masa tuanya, keduanya tidak menikah dan tetap tinggal serumah. Matthew yang sudah tidak muda lagi, akhirnya memutuskan untuk mengadopsi anak laki-laki untuk membantunya bekerja di peternakan. Takdir akhirnya mempertemukan mereka dengan Anne, anak perempuan berambut merah yang berhasil membawa kehangatan dan kasih sayang ke dalam rumah mereka. 

Matthew yang sebelumnya sangat pendiam, pemalu dan tidak ekspresif, lambat laun belajar untuk mengungkapkan keinginannya kepada Marilla, atas hal-hal yang berkaitan dengan tumbuh kembang Anne. Selain itu, Matthew secara perlahan dapat mengekspresikan rasa sayang dan kebanggaannya yang tulus kepada Anne Shirley. Anak perempuan yang Ia pertahankan keberadaannya di rumah keluarga Cuthbert. 

"Polisi" Kepatutan

Layaknya kehidupan di kota kecil atau perdesaan, dimana setiap keluarga saling mengenal dan berita apapun gampang tersebar, demikian pula dengan Avonlea. Orang yang paling memperhatikan sesama penduduk Avonlea dan tanpa ragu-ragu mengungkapkan pemikirannya pada orang lain adalah Mrs. Rachel Lynde. Dengan atau tanpa diminta Mrs. Lynde akan mengungkapkan pendapatnya tentang sesuatu. Keputusan Marilla dan Matthew untuk mengadopsi Anne pun  tak luput dari kritik tajam Rachel. 

Hidup di lingkungan dengan pantauan sosial yang ketat, membuat tidak banyak perubahan sosial yang terjadi. Gaya hidup konservatif dipertahankan demi kenyamanaan dan menghindari kebisingan sosial. Kehadiran Anne pada akhirnya cukup memberikan warna dan perubahan di Avonlea. 

Sekolah dan Persahabatan

Marilla dan Matthew yang sudah berkomitmen untuk mengadopsi Anne, mengirim Anne ke sekolah. Awalnya ke sekolah minggu. Reaksi Anne atas sekolah minggu dan keterusterangannya akan sesuatu cukup mengagetkan bagi Marilla. Ia yang cenderung lurus dan mengabaikan pikiran-pikiran kritis atau menghindari memikirkan hal-hal yang tidak sewajarnya dalam komunitas Avonlea. Kehadiran Anne memantik Marilla untuk kembali merasakan sensasi menyenangkan untuk sedikit bandel atau menentang hal-hal yang sudah biasa dilakukan. 

Marilla yang ingin Anne berkembang lebih baik, juga mengirim Anne untuk bersekolah. Dengan karakter Anne yang unik, awal masa sekolah juga menjadi masa yang cukup menantang. Anne terus saja dianggap "membuat masalah". Anne juga kerap menjadi objek ledekan teman-temannya, karena rambutnya yang merah. Di sekolah Anne bersahabat dengan Diana Barry, dan kurang menyenangi Josie Pye yang berlidah tajam. Seperti halnya anak-anak, tentu saja selain persahabatan juga ada permusuhan. Gilbert Blythe menjadi musuh dan rival abadi Anne hingga bertahun-tahun kemudian. 

Ambisi

Anne yang telah beradaptasi dengan kehidupan Avonlea, ternyata mampu berkembang pesat. Ia berhasil menduduki peringkat satu di sekolah dan aktif tampil dalam pertunjukkan. Anne kemudian mengikuti seleksi untuk melanjutkan sekolah ke Queen School selama satu tahun untuk menempuh pendidikan guru. Jika Anne berhasil lulus maka setelah satu tahun, maka ia langsung dapat bekerja sebagai guru. Saat di Queen School ternyata tawaran lainnya datang untuk mendapatkan beasiswa. 

Dalam masa ini, takdir menempatkan Anne di persimpangan. Apa yang Anne pilih? Apa yang menjadi ambisinya? Di sisi lain, apa yang menjadi prioritasnya? 

Selamat menikmati seri kehidupan Anne.. 

NB: Anne of Avonlea terbit dalam seri English Classic dari Gramedia Pustaka Utama, sementara terjemahan kisah ini juga sudah diterbitkan oleh Mizan. Manakah yang jadi pilihanmu?





Prince Edward Island
Kisah Anne seperti yang kita ketahui terjadi di Prince Edward Island, salah satu provinsi di Kanada. Pulau ini dikelilingi laut, dan dari titik manapun pulau ini jarak tempuh ke pantai berkisar 10 hingga 15 menit. Rumah Anne, Green Gables kini menjadi salah satu objek wisata di Prince Edward Island. Mengingat bagaimana Anne mendeskripsikan keindahan tempat tinggalnya, dan bagaimana ia kerap dapat mendengar suara lautan yang merdu, menggugah minat saya untuk suatu saat mengunjungi Prince Edward Island. Ada sebuah situs yang menawarkan paket wisata di pulau ini dengan biaya dalam kirasan puluhan hingga ratusan USD. Jika isi kantong memungkinkan, Kanada bisa jadi pilihan destinasi liburan. 


No comments:

Post a Comment

What I Talk About When I Talk About Running

Belum banyak buku Haruki Murakami yang saya baca. Setelah membaca beberapa buku, saya juga belum memutuskan apakah Haruki Murakami adalah pe...