Opium dan Revolusi

Buku ini dipinjam dari seorang teman yang pada saat ulasan ini ditulis sudah berpulang. Gak ada lagi teman yang biasa berbagi "dark jokes" dan obrolan-obrolan random. Buku ini susunan babnya dan cara penuturannya memang buku sejarah banget. Garis besarnya adalah bercerita bagaimana pada masa revolusi, candu diselundupkan ke Singapura untuk dapat ditukar dengan senjata, yang mendukung persenjataan tentara.

Kalau negara ini kembali pada kampanye "War on Drugs", sebenarnya permasalahan penggunaan zat sudah ada sejak zaman dahulu. Bahkan, Surakarta atau Solo menjadi pusat perdagangan candu di Indonesia pada masa itu. Tentang perdagangan dan distribusi candu sebagai sumber dana revolusi Indonesia, bukanlah hal yang tidak diketahui oleh pemerintah. Bahkan praktik ini diinstruksikan langsung oleh pemerintah, karena perdagangan hasil perkebunan, nilainya sering tidak menentu dan tidak sebanding dengan nilai tukar untuk mendapatkan senjata. Penyelundupan candu biasanya disamarkan dalam pengiriman barang-barang komoditas. 

Lalu bagaimana dengan kondisi Surakarta pada masa itu? Solo atau Surakarta pada masa itu mengalami revolusi sosial, salah satunya berkaitan dengan kriminalitas, yang berkaitan dengan penggunaan candu dan perdagangannya.  Memang opium jika ditinjau dari sifatnya cukup destruktif dan mengakibatkan ketergantungan. Berpuluh tahun setelahnya, pada masa heroin atau "putaw" hadir di Indonesia, dalam jangka waktu 5 sampai 10 tahun kerusakan sosial sudah tampak jelas dan ada segolongan orang yang akhirnya mendapat predikat "junkie". Pengguna zat lain gak' akan disebut junkies. Namun, pengguna putaw hampir pasti "hitting rock bottom", bikin masalah sana sini, sampai dapat predikat "junkie". 


Berikut adalah dokumentasi dari buku yang saya baca dan beberapa halaman dengan kalimat-kalimat yang saya anggap cukup menarik. 







Opium dan Revolusi

Buku ini dipinjam dari seorang teman yang pada saat ulasan ini ditulis sudah berpulang. Gak ada lagi teman yang biasa berbagi "dark jok...